Rabu, 25 Januari 2017

Ekosistem Air Laut

Pengertian ekosistem air laut
Salah satu awal ketika kita membicarakan sesuatu, maka kita perlu mengenal apa yang kita bicarakan tersebut. Maka dari itu kita sebaiknya mengenal apa itu ekosistem air laut terlebih dahulu. Ekosistem air laut merupakan salah satu jenis ekosistem di Bumi yang dikenal juga dengan ekosistem bahari. Ekosistem air laut ini merupakan ekosistem yang berada di perairan laut (baca: macam- macam laut). Ekosistem air laut ini terdiri atas beberapa ekosistem lainnya yakni ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal atau bitarol, dan ekosistem pasang surut. Ekosistem air laut ini didominasi oleh perairan asin yang sangat luas dan merupakan ekosistem yang menjadi tempat tinggal berbagai biota laut, mulai dari hewan ber sel satu, mamalia, invertebrata, hingga tanaman- tanaman laut seperti alga dan terumbu karang.

Ciri- ciri Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut mempunyai ciri khusus yang membedakannya dengan ekosistem lainnya. Ciri- ciri ekosistem laut ini secara umum adalah sebagai berikut:
  • Mempunyai variasi suhu, yakni perbedaan suhu antara bagian permukaan laut dengan bagian dalam atau kedalaman air laut.
  • Memiliki tingkat salinitas yang tinggi, yakni semakin mendekati garis khatulistiwa maka salinitas semakin tinggi.
  • Tidak terlalu dipengaruhi oleh keadaan iklim dan juga cuaca (baca: iklim di Indonesia).
  • Didominasi oleh NaCI hingga mencapai 75%.
Baca juga artikel: ciri-ciri akan terjadi tsunami
Bagian- bagian Ekosistem Air Laut
Sebagai suatu ekosistem, ekosistem laut ini terdiri atas beberapa bagian. Secara umum, bagian- bagian dari ekosistem air laut ini dilihat dari jarak dari pantai dan juga kedalamannya. Dilihat dari sudut tersebut, ekosistem air laut dibedakan menjadi zona litoral, zona neritik, dan juga zona oseanik.
  1. Zona litoral
Zona litoral ini juga disebut sebagai zona pasang surut, yakni merupakan zona yang paling atas atau paing dangkal dari lautan. Zona litoral ini merupakan zona dari laut yang berbatasan langsung dengan daratan. zona litoral ini juga merupakan zona yang terendam ketika air laut mengalami pasang, dan akan terlihat seperti daratan ketika air laut surut. Di zona litoral ini, kita akan menemukan banyak hewan atau sekelompok hewan, diantaranya adalah bintang laut, udang, kepiting, bulu babi, hingga cacing laut.
2. Zona neritik
Zona yang kedua adalah zona neritik. Zona neritik ini disebut juga dengan ekosistem pantai pasir dangkal. Zona neritik ini merupakan bagian dari laut yang  mempunyai tingkat kedalaman sekitar 200 meter, sehingga masih dapat ditembus oleh cahaya matahari hingga ke bagian dasar. zona neritik ini merupakan zona yang banyak dihuni oleh berbagai jenis tumbuhan ganggang lalu atau rerumputan laut dan juga berbagai jenis ikan. Do zona neritik ini kita akan menemukan suatu ekosistem lainnya yang lebih kecil, yakni ekosistem terumbu karang, ekosistem pantai batu, dan ekosistem pantai lumpur. Ketiga ekosistem tersebut disebut juga sebagai jenis- jenis dari ekosistem pantai pasir dangkal atau zona neritik ini.
3. Zona oseanik
Dari kedua zonae sebelumnya, yakni zona litoral dan zona neritik, zona oseanik merupakan zona yang paling dalam dari ekosistem air laut. Zona oseanik ini merupakan wilayah ekosistem air laut yang lepas, yang mana kedalamannya sangat dalam. Saking dalamnya, zona ini sampai terlihat gelap. Zona oseanik ini dibedakan menjadi dua macam, yakni zona batial dan juga zona abisal. Zona batial merupakan zona yang memiliki kedalaman sekitaran 200 hingga 2000 meter. Zona batial mempunyai keadaan yang remang- remang karena cahaya matahari yang masuk hanya sidkit sekali, sehingga tanpak remang- remang.
Di zona batial ini kita tidak bisa menemukan produsen karena hanya dihuni oleh nekton (sejenis organisme yang aktif berenang). Sementara zona abisal merupakan zona yang memiliki kedalaman yang lebih jauh lagi yakni lebih dari 2000 meter. Zona abisal ini merupakan zona yang sama sekali tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Zona abisal ini dihuni oleh binatang- binatang predator, detrivitor atau pemakan sisa organisme, dan juga pengurai. Secara umum, air  di zona oseanik ini tidak dapat bercampur dengan dengan air di permukaan air laut, hal ini karena keduanya memiliki perbedaan suhu. Batas dari kedua bagian ini dinamakan daerah termoklin.
Itulah bagian- bagian dari laut apabila dilihat dari tingkat kedalamannya. Lalu jika dilihat berdasarkan intesitas cahaya matahari (baca: bagian- bagian matahari) yang bisa masuk, ekosistem air laut dibedakan atas zona- zona sebagai berikut:
  1. Zona fotik, yakni merupakan zona yang mudah ditembus cahaya matahari dan mempunyai kedalaman air kurang dari 200 meter. Di zona fotik ini kita akan menemui organisme yang melakukan fotosintesis.
  2. Zona twilight, yakni zona yang mempunyai kedalaman air antara 200 hngga 2000 meter. Di zona ini, cahaya matahari yang masuk hanya sedikit, oleh karena itu bersifat remang- remang.
  3. Zona afotik, merupakan zona yang tidak dapat ditembus cahaya matahari sama sekali, yakni di kedalam lebih dari 2000 meter.
Kemudian berdasarkan wilayah permukaan secara vertikal, laut dibedakan atas bebera zona berikut ini:
  1. Epipelagik, yakni daerah yang berada di antra permukaan hingga kedalaman sekitar 200 meter.
  2. Mesopelagik, yakni daerah dengan kedalaman antara 200 hingga 1000 meter.
  3. Batiopelagik, yakni daerah jerang benua yang mempunyai kedalaman 200 hingga 2500 meter.
  4. Abisalpelagik, yakni daerah yag mempunyai kedalaman 4000 meter.
  5. Hadal pelagik, yakni daerah laut yang paling dalam dimana kedalaman lebih dari 6000 meter.
Itulah bagian- bagian dari ekosistem air laut apabila dilihat dari beberapa kriteria. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai macam- macam ekosistem air laut.

Jenis-jenis Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang beraneka ragam. Berikut ini adala macam- macam dari ekosistem air laut:
  1. Ekosistem laut dalam. Ekosistem alut dalam ini terdapat di daerah laut paling dalam atau palung laut. Ekossitem ini tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme yang hidup di ekosistem ini adalah predator dan ikan yang dapat memancaran cahayanya sendiri.
  2. Ekosistem terumbu karang. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang jernih. Banyak organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain adalah terumbu karang, hewan spons, mollusca, bintang laut, ikan, dan juga ganggang. Ekosistem terumbu karang ini mempunyai manfaat ekosistem terumbu karang bagi biota laut dan manusia yang beraneka ragam.
  3. Ekosistem estuari. Ekosistem ini berada di daerah percampuran air laut dengan air sungai. Di ekosistem estuari ini terdapat ekosistem yang khas, yakni ekosistem padang lamun dan ekosistem hutan mangrove (baca: ciri-ciri hutan mangrove).
  4. Ekosistem pantai pasir. Ekosistem pantai pasir merupakan ekositem yang berada di pesisir pantai dengan hamparan pasir. Tempat ini selalu terkena deburan ombak dan cahaya matahari yang kuat pada siang harinya.
  5. Ekosistem pantai batu. Ekosistem pantai batu ini merupakan ekosistem yang meiliki banyak bongkahan batu yang besar maupun kecil. Banyak organisme yang hidup di ekosistem ini, misalnya ganggang cokelat, kepiting, kerang, siput, dan juga burung.
Manfaat Ekosistem Air Laut
Ekosistem laut merupakan ekosistem yang banyak memberikan manfaat bgai kehidupan manusia. beberapa manfaat dari ekosistem air laut antara lain:
  • Sebagai sumber makanan bagi manusia, baik hewani muapun nabati.
  • Sebagai pengontrol iklim di dunia
  • Sebagai pembengkit listrik tenaga angin, tenaga ombak, dan tenaga pasang surut.
  • Tempat rekreasi dan hiburan
  • Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dan lainsebagainya.
  • Tempat barang tambang berada
  • Tempat penelitian dan juga riset
  • Sumber air minum
  • Jalur taransportasi.
  • Mata pencaharian penduduk lokal.
Itulah beberapa manfaat dari ekosistem air laut untuk kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya.
Baca artikel lainnya: manfaat hutan bakau, manfaat sungai, manfaat air hujan, manfaat gurun,
Sumber : IlmuGeografi.com


Ekosistem Hutan

Mengenal Ekosistem Hutan
Seperti halnya ekosistem yang lainnya yang disesuaikan dengan namanya, ekosistem hutan merupakan ekosistem yang cakupan wilayahnya adalah berupa hutan (baca: ciri-ciri hutan musim). Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang berupa hubungan timbal balik. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekosistem hutan ini merupakan hubungan antara kumpulan beberapa populasi (baik itu populasi binatang maupun tumbuh- tumbuhan) yang hidup di permukaan tanah dan berada di pada suatu kawasan hutan. Ekosistem hutan ini membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang bersifat dinamis dan mengadakan interaksi baik langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya antara satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Ekosistem hutan ini termasuk dalam kategori ekosistem daratan. Ekosistem hutan ini juga masuk ke dalam kategori ekosistem alamiah dan dijuluki sebagai “paru- paru Bumi”. Hal ini karena hutan memegang peranan yang sangat penting untuk dapat mengatur dan menjaga kesehatann Bumi. Bahkan hutan juga dijadikan sebagai parameter untuk melihat apakan Bumi mengalami sakit ataukah tidak.

Komponen Ekosistem Hutan

Karena ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, maka setiap ekosistem mempunyai komponen masing- masing. Ekosistem hutan juga memiliki komponen- komponen yang menyusun ekosistem hutan itu sendiri. Komponen yang terdapat dalam ekosistem hutan ini selain meliputi komponen biotik dan juga abiotik, juga dilihat lagi dari segi makanan. Dari segi makanan, komponen ini dibedakan menjadi 2 macam yakni komponen autotrof dan heterotrof. Komponen autotrof merupakan komponen yang mampu menyediakan makanan sendiri, sedangkan komponen heterotrof merupakan komponen yang selalau memanfaatkan bahan organik sebegai makanannya. Untuk mengetahui lebih lengkap, berikut ini merupakan komponen yang ada di dalam ekosistem hutan.
  • Komponen biotik. Komponen biotik atau komponen yang berupa makhluk hidup yang ada di ekosistem hutan ini banyak sekali jenisnya, yakni tumbuhan, binatang, serta organisme- organisme lainnya.
  • Komponen abiotik. Selain komponen yang hidup, ada pula komponen yang tidak hidup. Meskipun tidak hidup namun keberadaan komponen ini bisa mempengaruhi komponen- komponen lain yang ada di ekosistem tersebut. Berikut merupakan komponen abiotik atau komponen yang tidak hidup di ekosistem hutan, yaitu suhu, cahaya matahari (baca: bagian-bagian matahari), air, iklim, tanah, angin, batu, dan lain sebagainya.
  • Komponen Autotrof. Kata “autotrof” ini berasal dari 2 kata, yaitu “autros” yang mempunyai arti sendiri, dan juga “tropikhos” yang mempunyai arti menyediakan makanan. Sehingga komponen autotrof yang terdapat dalam ekosistem hutan ini merupakan komponen yang mampu menyediakan atau mensisntesis makanannya sendiri. Dalam membuat makanannya sendiri, komponen ini menggunakan bahan- bahan anorganik. Kemudian dengan bantuan dari klorofil dan juga energi dari sinar matahari, bahan- bahan anorganik tersebut diubah menjadi bahan- bahan makanan organik. Dengan demikian, organisme yang termasuk ke dalam golongan autotrof ini pada umumnya adalah mereka yang memiliki zat hijau daun atau korofil. Pengikatan yang dilakukan oleh energi sinar matahari dan sistesis bahan organik menjadi bahan anorganik kompleks ini hanya bisa dilakukan oleh komponene autrotrof saja. Contoh komponene autotrof yang ada di ekosistem hutan adalah pohon dan rumput- rumputan.
  • Komponen Heterotrofik. Kata “heterotrofik” ini berasal dari dua kata, yaitu “hetero”yang berarti berbeda, lain, mauooun tidak seragam dan “tropikhos” mempunyai arti menyediakan makanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komponene heterotrofik ini merupakan komponen atau organisme yang dalam hidupnya selalu memanfaatkan bahan oirganik sebagai bahan makanannya. Bahan organik yang digunakan untuk membuat makanan tersebut telah disediakan oleh organisme atau makhluk lainnya. Dapat dikatakan pula komponen heterotrofik ini mendapatkan bahan makanannya dari komponen autotrof. Sebagian dari anggota komponen heterotrofik ini akan menguraikan bahan organik kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku untuk membuat makanan komponen autotrof. Contoh komponen heterotrof yang ada dalam ekosistem hutan diantaranya adalah binatang, jamur, dan juga jasad renik.

Macam- Macam Ekosistem Hutan

Hutan merupakan kekayaan alam yang bersifat alamiah. Hutan ini ada karena bentukan alam, namun juga bisa dibuat oleh manusia. Hutan ini ada di berbagai wilayah di setiap sudut Bumi, oleh karena hutan ini mempunyai fungsi yang sangat banyak. Ada banyak sekali jenis hutan di Bumi ini. Apabila kita mencermatinya saru per satu, maka kita akan dapat menemukan jenis- jenis hutan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karena banyaknya jenis hutan ini, maka para ilmuwan mengelompokkannnya  berdasarkan kategori- kategori tertentu. Kita akan membahas mengenai jenis- jenis hutan tersebut yang dilihat dari beberapa kategori, seperti berdasarkan letak geografisnya, sifat musimnya, ketinggian tempatnya, kondisi tanahnya, dan juga dominasi pepohonannya. Secara umum, berikut merupakan jenis- jenis hutan:
Berdasarkan letak geografisnya
Letak geografis suatu benda  merupakan kedudukan suatu benda di bentang alamnya. Letak geografis hutan ini bisa dilihat dari dimana letak hutan itu. Letak geografis ini bisa dilihat dari iklim yang berada di suatu wilayah letak hutan itu berada, bisa juga dilihat dari batasan atau kanan kiri dari hutan tersebut, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan alam. Berdasarkan letak geografisnya, hutan ini dibedakan menjadi 3 macam, yakni:
  1. Hutan tropis, yaitu hutan yang letaknya berada di wilayah atau daerah khatulistiwa. Hutan ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
  • Terletak di wilayah yang mempunyai iklim tropis (baca: iklim di Indonesia)
  • Pohon- pohon di hutan ini biasanya berukuran tinggi dan mencapai beberapa meter
  • Daun- daun pohon di hutan ini sangat lebat, saking lebatnya hingga terkadang menghalangi cahaya matahari yang masuk dan membuat tanah di bawahnya lembab
  • Tumbuhan yang hidup di hutan ini terdiri dari berbagai jenis
  • Mendapatkan curah hujan yang sangat cukup sepanjang tahun
  1. Hutan temperate, yaitu hutan yang berada di wilayah yang mempunyai 4 musim. Hutan ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
  • Terletak di wilayang yang mempunyai 4 musim, yakni musim panas, musim gugur, musim semi, dan musim semi
  • Biasanya wilayah tersebut mempunyai iklim sub tropis
  • Mendapatkan curah hujan yang tidak sebanyak hutan tropis
  1. Hutan boreal, yaitu hutan yang terletak di daerah lingkaran kutub- kutub Bumi. Karena letak hutan ini yang berada di wilayah lingkaran kutub Bumi, maka wilayah hutan ini akan ditutupi oleh es atau salju. Hutan ini juga disebut sebagai bioma taiga. Beberapa ciri yang dimiliki oleh hutan ini adalah sebagai berikut:
  • Terletak di antara daerah yang memiliki iklim sub tropis dengan daerah iklim kutub atau iklim dingin
  • Terdapat perbedaan variasi suhu yang sangat mencolok, yakni antara musim panas dan juga musim dingin
  • Pertumbuhan tanaman terjadi ketika musim panas, yakni selama 3 hingga 6 bulan
  • Ditumbuhi flora atau tumbuhan yang bersifat homogen atau berseragam
  • Tumbuhan yang dominan tumbuh disana adalah tumbuhan yang memiliki daun runcing seperti jaru (tumbuhan konifer), yang tampak selalu hijau sepanjang tahunnya
  • Dihuni oleh berbagai fauna khas, yakni srigala, burung, beruang hitam, moosem ajak, dan lynx.
Berdasarkan Sifat Musimnya
Musim merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam hutan. Hal ini karena musim tersebut akan menentukan kondisi dalam hutan itu. Berdasarkan sifat yang dimiliki musimnya, hutan dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
  1. Hutan Hujan (baca: ciri- ciri hutan hujan tropis), yaitu hutan yang memiliki curah hujan yang tinggi. Hujan yang menyirami hutan ini bersifat rutin dan sepanjang tahun. Hutan ini memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
  • Tingkat curah hujan yang dimiliki sangat tinggi, yakni antara 200 hingga 450 cm/ tahun
  • Mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahun
  • Suhu yang berada di sekitar lingkungan antara 21 hingga 30 derajat Celcius
  • Pepohonan yang berada di hutan ini tumbuh tinggi menjulang hingga mencapai 55 m, dan membentuk tudung atau kanopi.
  • Terdapat beberapa tanaman rambat seperti rotan dan anggrek yang menempel di pepohonan untuk mendapatkan sinar matahari.
  • Dihuni beberapa fauna yang hidup di sekitar kanopi pohon, seperti macan tutul, jaguar, babi hutan, serta beberapa serangga.
  1. Hutan selalu hijau atau evergreen forest, yakni hutan yang selalu terlihat jikau sepanjang tahun. Hutan yang demikian ini biasanya memiliki vegetasi tumbuhan yang tahan terhadap air yang sedikit.
  2. Hutan musim atau hutan gugur (deciduous forest), adalah hutan yang ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman yang menggugurkan daunnya ketika musim gugur tiba. Hutan gugur ini merupakan hutan yang berada di wilayah yang mempunyai 4 musim. Agar lebih jelas mengenal jenis hutan ini, berikut adalah ciri- ciri dari hutan gugur:
  • Curah hujan merata di sepanjang tahunnya, yakni sekitar 75 hingga 100 cm/ tahun
  • Tumbuhan yang hidup di hutan ini didominasi oleh tumbuhan berdaun yang lebar
  • Terdapat di daerah yang mempunyai empat musim, yaitu musim dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur
  • Apabila musim dingin tiba, maka air di hutan ini akan membeku
  • Ketika musim dingin, tumbuhan tidak melakukan fotosistesis karena air tidak dapat diserap dengan baik
  • Binatang yang berada di hutan ini adalah binatang yang melakukan hibernasi ketika musim dingin
  • Selain hewan yang melakukan hibernasi pada musim dingin, beberapa hewan lagi akan membentuk jaringan lebak di bawah kulitnya, dan ada pula yang bermigrasi ke tempat lain
  • Berada di wilayah yang mempunyai iklim sub tropis, yaitu yang terletak di 23,5ᵒ garis lintang utara/ lintang selatan
  • Ketika musim panas tiba, maka radiasi sinar matahari, curah hujan, dan kelembaban akan meninggi
  • Sebaliknya, radiasi sinsr matahari, curah hujan, dan tingkat kelembaban akan turun apabila musim dingin tiba
  • Ketika musim dingin tiba, daun- daun di pohon akan berubah menjadi merah atau coklat karena tumbuhan tidak melakukan fotosintesis (tidak dapat menyerap air)
  • Tanda musim panas tiba adalah salju atau es (baca: hujan es) mulai mencair
  1. Hutan Sabana atau savannah forest, adalah hutan yang terletak di kawasan yang memiliki musim kemarau panjang. Hutan sabana ini adalah wilayah padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon. Untuk mengenal lebih dalam mengenai hutan sabana ini, mari kita lihat beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh hutan sabana ini:
  • Curah hujan di hutan ini adalah antara 90 – 150 cm/ tahun
  • Musim kemarau berlangsung lebih lama di hutan ini
  • Berupa padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon
  • Flora yang hidup di hutan ini seperti tumbuhan gerbang, rumput, Acacia, Aucalyptus
  • Fauna yang hidup di hutan ini seperti gajah, macan tutul, kijang, zebra, singa, kuda, dan beberapa jenis serangga
Berdasarkan ketinggian tempatya
Hutan juga dibedakan atas dasra ketinggian tempat dimana hutan itu berada. Ketinggian tempat merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi kedaaan hutan tersebut. Berikut adalah pembagian jenis hutan berdasarkan ketinggian tempatnya:
  1. Hutan pantai (baca: manfaat pantai) atau beach forest, adalah hutan yang berada di wilayah pantai atau berdekatang dengan pantai. Hutan ini mempunyai ketinggian yang sama dengan ketinggian pantai. Biasanya, hutan pantai ini terdiri atas pohon- pohon kelapa atau cemara.
  2. Hutan dataran rendah atau lowland forest, adalah hutan yang berada di wilayah dataran rendah.
  3. Hutan pegunungan bawah atau submountain forest, adalah hutan yang hutan yang ada di wilayah pegunungan bagian bawah.
  4. Hutan pegunungan atas atau mountain forest, adalah hutan yang etrletak di wilayah pegunungan.
  5. Hutan kabut atau mist forest.
  6. Hutan elfin atau alpine forest.
Berdasarkan Kondisi Tanah
Kondisi tanah juga termasuk salah satu hal yang membedakan ekosistem hutan. berdasarkan kondisis tanah, ekosistem hutan dibedakan menjadi:
  1. Hutan tanah kapur atau limestone forest, adalah jenis hutan yang memiliki jenis tanah berupa tanah kapur atau tanah gamping. Tanah kapur bukan merupakan tanah yang mudah ditumbuhi pepohonan. Maka dari itu jenis pepohonan yang tumbuh di hutan kapur ini merupakan pepohonan tertentu. Biasanya jenis pohon yang dapat bertahan di tanah kapur adalah pohon jati.
  2. Hutan rawa gambut atau peat swamp- forest, adalah jenis hutan yang tanahnya berupa rawa gambut. Hutan ini mempunyai ciri- ciri khusus yang hanya dapat kita temui pada hutan ini. Untuk mengenal lebih jauh mengenai hutan ini, baca ciri- ciri hutan rawa gambut.
  3. Hutan rawa air- tawar atau hutan rawa yang dikenal sebagai freshwater swamp- forest.
  4. Hutan kerangas atau hutan health forest.
Berdasarkan Pepohonan yang Mendominasi
Pepohonan yang ada di dalam suatu hutan merupakan komponen utama. Jenis hutan juga dapat dilihat dari pepohonan yang tumbuh mendominasi dalam hutan tersebut. Berdasarkan pepohonan yang mendominasi, jenis hutan ini contohnya adalah:
  1. Hutan pinus (pine forest)
  2. Hutan jati
  3. Hutan ekaliptus
  4. Hutan dipterokarpa, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa jenis hutan dilihat dari berbagai macam kategori. Kategori hutan ini bisa terjadi pada satu hutan saja. Artinya, satu hutan bisa masuk ke dalam lebih dari satu kategori. Hutan ini merupakan kekayaan alam harus dijaga kelestariannya.

Manfaat Ekosistem Hutan

Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya hutam mempunyai peranan yang sangat penting. Hutan sangat berperan untuk menjaga keseimbangan alam. Maka dari itulah hutan ini juga dinamakan sebagai “paru-paru Bumi”. Selain menjaga keseimbangan alam, ada banyak lagi fungsi yang dapat kita dapatkan dari hutan, diantaranya sebagai berikut:
  1. Sebagai sarana hidrologis.
Fungsi pertama yang akan kita dapatkan dari hutan adalah, hutan sebagai sarana hidrologis. Sarana hidrologis yang dimaksud ini adalah tempat menyimpan air. Hutan ini menyimpan air hujan dan air embun di dalam tanah, dan akan mengalirkannya ke sungai melalui mata air yang terdapat di kawasan hutan tersebut. Karena hal inilah maka air hujan yang jatuh ke hutan tidak terbuang sia- sia, dan bisa menjadi persediaan apabila musim kemarau datang melanda.
  1. Sebagai pengunci tanah
Ekosistem hutan adalah ekosistem yang sangat penting keberadaannya. Salah satu manfaat dari ekosistem hutan adalah sebagai pengunci tanah. Fungsi ekosistem hutan sebagai pengunci tanahini akan menghindarkan hutan maupun daerah di sekitarnya dari berbagai macam bencana alam yang beresiko terjadi, seperti tanah longsor dan juga erosi tanah.
  1. Sebagai tempat memproduksi flora dan fauna
Hutan juga mempunyai fungsi yang sangat sental, yakni sebagai tempat memproduksi flora dan juga fauna. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa flora dan fauna merupakan kekayaan dan juga keanekaragaman hayati. Flora dan fauna ini sangat bermanfaat bagi manusia. Dan hutan adalah tempat yang sangat tepat untuk memproduksi embrio flora dan juga fauna.
  1. Sebagai tempat hidup bermacam- macam flora dan fauna
Selain sebagai tempat yang tepat untuk memproduksi embrio baru dari flora dan fauna, hutan juga tempat yang sangat tepat sebagai habitat dari berbagai macam flora dan fauna. Maka dari itulah hutan ini adalah rumah bagi mereka dan bisa menjaga kelestarian hidup mereka (yakni flora dan fauna).
  1. Sebagai sumber makanan bagi manusia
Masih satu rangkaian dengan fungsi hutan sebagai tempat tinggal dari berbagai flora dan fauna, hutan ini juga otomatis merupakan sumber makanan bagi manusia. Manusia bisa mendapatkan makanan dari flora dan fauna yang terdapat di dalam hutan ini.
  1. Merupakan dapur alami
Yang dimaksud sebagai dapur alami adalah adalah dapur bagi tumbuh- tumbuhan. Hutan merupakan tempat untuk pepohonan memasak barbagai unsur hara yang kemudian dialirkan ke sekitarnya. Bahkan aliran energi yang dihasilkan bisa sampai ke berbagai tumbuhan yang ada di perairan, misalnya tumbuhan yang ada di danau atau sungai.
  1. Sebagai sumber oksigen
Selama ini kita mengetahui bahwasannya oksigen diproduksi oleh tumbuh- tumbuhan dari proses fotosintesis dengan mengubah karbondioksida da mengubahnya menjadi oksigen. Hutan merupakan sumber hidup dari pepohonan yang jumlahnya sanhat banyak, sehingga pepohonan di hutan ini akan menyerap karbondioksida (termasuk dari hasil pernafasan manusia) dan mengubahnya menjadi oksigen yang merupakan sumber pernafasan manusia. Maka dari itulah keberadaan hutan ini sangatlah penting bagi manusia.
  1. Mengurangi polusi yang ada di udara
Masih berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penghasil oksigen, hutan ini juga sangat bermanfaat untuk menetralkan kondisi udara terlebih udara yang telah tercemar banyak polusi. Oleh karena itulah kita sering merasakan bahwasannya udara di tempat yang banyak memiliki pohon lebih terasa segar daripada di tempat yang mempunyai hanya sedikit pohon.
Itulah beberapa fungsi yang akan kita dapatkan dari hutan. Dari fungsi- fungsi yang telah disebutkan di atas, terlihat sekali bahwa keberadaan hutan ini sangatlah penting. Selain fungsi yang telah disebutkan di atas, masih banyak sekali fungsi yang bisa kita dapatkan dari keberadaan hutan ini.
Sumber : IlmuGeografi.com

Ekosistem Pantai

Ciri-ciri Ekosistem Pantai

Pantai adalah suatu tempat yang sangat indah dan juga menarik untuk dapat kita kunjungi. Pantai ini merupakan tujuan wisata bagi banyak orang. Pantai dengan segala keindahannya perlahan- lahan mulai menghilang apabila tidak dijaga dengan baik. Seiring berjalannya waktu kita menemui bahwa banyak orang yang berkunjung ke pantai namun tidak bertanggung jawab pada pantai. Semakin lama kita semakin mengetahui bahwa orang- orang yang tidak bertanggung jawab akan menimbulkan kerusakan pada pantai. Akibatnya kita seringkali melihat banyak pantai yang tidak dalam kondisi bersih.
Ekosistem pantai sendiri secara umum dapat dikatakan sebagai satu ekosistem yang selaras. Ekosistem pantai yang baik dan juga sehat mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:
  • Memiliki garis pantai yang permanen dan juga terjaga dengan baik. Garis pantai yang dimaksud adalah wilayah atau batasan antara daratan dengan lautan. Ekosistem pantai yang baik adalah pantai yang mempunyai ciri garis pantai yang terjaga dan juga permanen.
  • Terdapat ekosistem mangrove di sekitar pantai. Ekosistem pantai yang baik adalah yang mempunyai ekosistemhutan magrove di kawasan pantai tersebut. Ekosistem mangrove ini setidaknya berjumlah 30% dari jumlah total luas pesisir. Prosentase yang demikian tersebut merupakan jumlah yang ideal. Ekosistem hutan mangrove yag berada di wilayah pantai ini mempunyai fungsi sebagai penahan ombak laut yang bisa mengikis pesisir dari pantai tersebut (baca: abrasi pantai)
  • Terdapat pola usaha budidaya air payau. Salah satu ciri atau karakteristik dari ekosistem pantai yang baik dan juga sehat ini adalah terdapat pola usaha budidaya jenis air payau yang dilakukan dengan berpegang pada wawasan atas lingkungan yang baik. Mengapa harus berwawasan pada lingkungan yang baik? Hal ini karena pemafaatan lingkungan pantai tidak boleh sembarangan karena berhubungan dengan beragam makhluk hidup yang berada di sekitar pantai tersebut.
  • Pencemaran atas pantai bisa dikendalikan. Ekosistem pantai memang sulit lepas dari yang namanya pencemaran. Namun pencemaran di lingkungan ekosistem pantai yang baik dan juga sehat dapat diatasi atau dikendalikan dengan mudah, baik secara ilmiah maupun dengan campur tangan manusia.
  • Berperan sebagai rumah bagi aneka jenis makhluk hidup dan bisa menjadi sumber kehidupan bagi manusia yang tinggal di sekitaran pantai tersebut. Ekosistem pantai yang sehat adalah ekosistem pantai yang mempunyai berbagai macam fungsi atau manfaat pantai. Beberapa manfaat yang dipunyai oleh ekosistem pantai yang baik dan juga sehat adalah bisa digunakan sebagai rumah bagi berbagai macam makhluk hidup dan juga merupakan sumber penghidupan bagi manusia yang berada di sekitar pantai tersebut.
Itulah beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem pantai yangbaik dan juga sehat. Ekosistem pantai yang sudah tercemar tidak mempunyai ciri- ciri yang demikian karena bagian- bagiannya sudah berubah. Berubahnya bagian dari pantai ini adalah perubahan yang bersifat negatif.

Komponen- komponen Ekosistem Pantai

Kita semua mengetahui bahwa di Bumi ini terdapat berbagai macam jenis ekosistem. Masing- masing ekosistem tersebut mempunyai komponen biotik dan juga komponen abiotik. Hal ini karena ekosistem memang merupakan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Dan lingkungan ini tersusun atas komponen biotik dan abiotik. Maka dari itu komponen biotik dan abiotik merupakan penyusun dari suatu ekosistem.
Seperti halnya dengan ekosistem lainnya, ekosistem pantai ini juga mempunyai berbagai komponen biotik dan juga komponen abiotik. Berbagai macam komponen biotik dan komponen abiotik yang dimiliki oleh ekosistem pantai ini antara lain:
  1. Komponen Biotik. Komponen biotik merupakan komponen yang berupa makhuk hidup, dimana makhluk hidup ini yang berada di lingkungan pantai baik binatang maupun tumbuhan. Beberapa komponen biotik yang berada di lingkungan pantai antara lain: ganggang, bakau, anemone laut, udang, kepiting, ikan, dan tumbuhan serta binatang lainnya yang hidup di wilayah pantai. (baca : ciri ciri hutan bakau)
  2. Komponen abiotik. Komponen abiotik adalah komponen yang ada di dalam suatu ekosistem yang berupa benda tak hidup. Meskipun berupa benda tak hidup, namun keberadaan komponen- komponen ini dapat mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup yang ada di sekitar ekosistem pantai tersebut. Oleh karena itulah beberapa komponen abiotik yang dimiliki oleh ekosistem pantai ini antara lain adalah pasir, daratan, suhu, udara (baca: ciri-ciri udara yang bersih), kelembaban, batu dan juga cahaya matahari (baca: bagian-bagian matahari). Komponen- komponen abiotik tersebut berada di mayoritas ekosistem pantai yang ada dunia ini. Hal itu karena benda- benda yang menjadi komponen tersebut dapat kita temui dengan mudah di wilayah sekitar pantai.
Itulah komponen biotik dan abiotik yang berada di ekosistem pantai. Komponen biotik dan komponen abiotik ini selalu ada di setiap ekosistem yang ada di Bumi.
Satuan- satuan dalam Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai merupakan salah satu ekosistem yang bisa dikatakan unik. Ekosistem ini dikatakan unik karena mencakup tiga unsur. Unsur- unsur yang tercakup dalam ekosistem ini adalah tanah yang berada di daratan, air yang ada di laut, dan juga di udara. Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara ekosistem daratan dan juga ekosistem air atau akuatik. Ekosistem pantai ini juga merupakan ekosistem yang memiliki berbagai macam satuan. Satuan- satuan ini hanya dimiliki oleh ekosistem pantai dan tidak dimiliki oleh ekosistem yang lainnya. Beberapa satuan yang dimiliki oleh ekosistem pantai ini adalah sebagai berikut:
  1. Ekosistem terumbu karang atau Coral Reef.
  2. Ekosistem hutan bakau atau hutan mangrove
  3. Ekosistem padang lamun atau sea grass
  4. Ekosistem pantai berpasir atau sandu beach
  5. Ekosistem pantai berbatu atai rocky beach, dan
  6. Ekosistem muara sungai atau estuari.
Itulah satuan- satuan  yang dimiliki oleh ekosistem pantai. Dari keenam satuan tersebut ada tiga satuan yang menjadi ekosistem paling utama di ekosistem pantai. Ekosistem yang utama dalam ekosistem pantai adalah ekosistem terumbu karang, ekosistem hutan bakau, dan juga ekosistem padang lamun.
Sifat Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai ini merupakan ekosistem yang paling unik karena merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan juga lautan. Oleh sebab itulah ekosistem pantai ini mempunyai beberapa sifat khusus yang tidak dimiliki oleh ekosistem yang lainnya. Ekosistem pantai ini memiliki beberapa sifat khusus, yaitu:
1. Ekosistem ini dipengaruhi oleh pasang surut air laut
Ekosistem pantai ini merupakan ekosistem yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pasang surut air laut ini merupakan siklus harian dari air laut. Dengan demikian flora dan fauna yang dapat bertahan hidup di wilayah pantai adalah flora dan fauna yang beradaptasi dengan cara melekat ke substrat yang keras agar tidak terhempas oleh gelombang. (baca :manfaat pasang surut air laut)
2. Wilayah yang paling atas dari ekosistem ini merupakan wilayah yang paling sedikit terkena air
Ekosistem pantai ini memiliki bagian yang paling sedikit terkena air, yakni bagian yang paling atas. Bagian paling atas dari ekosistem ini hanya akan akan terkena air apabila air laut sedang pasang. Oleh karena itulah wilayah ini sangat jarang terkena oleh air. Wilayah pantai yang paling atas ini didiami oleh beberapa fauna dan flora, diantaranya adalah jenis- jenis moluska, ganggang, kerang, dan juga beberapa jenis burung pantai.
3. Memiliki titik tengah yang terendam oleh air apabila pasang tinggi maupun pasang rendah
Ekosistem pantai mempunyai sifat tengah yang terendam air ketika terjadi pasang tinggi maupun pasang rendah. Tempat tengah ini dihuni oleh beberapa organisme. Organisme yang tinggal di daerah ini anatar lain anemon laut, remis, siput, ganggang, porifera, dan lain sebagainya.
4. Wilayah yang paling dalam dihuni oleh beberapa jenis makhluk hidup
Beberapa makhluk hidup yang tinggal di wilayah ini antara lain binatang- binatang invertebrata, ikan, dan juga berbagai macam rumput laut.
Itulah beberapa sifat yang dimiliki oleh ekosistem pantai ini. Sifat- sifat tersebut merupakan sebuah ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem pantai ini. Adapun semua ekosistem pantai yang ada di Bumi ini pastilah mempunyai sifat- sifat seperti yang telah disebutkan di atas.

Jenis- jenis Ekosistem Pantai

Tahukah Anda satu informasi tentang ekosistem pantai ini? Ternyata ekosistem pantai bukanlah sebuah ekosistem yang hanya terdiri satu macam saja di seluruh dunia. Apabila dilihat dari jenis pantainya, setidaknya kita akan menemui dua jenis ekosistem pantai. Kedua jenis ekosistem pantai tersebut adalah:
  1. Ekosistem pantai batu
Jenis ekosistem pantai yang pertama berdasarkan jenis pantainya adalah ekosistem pantai batu (baca: jenis batuan). Ekosistem pantai batu ini merupakan ekosistem pantai yang terbentuk karena adanya bongkahan- bongkahan batu granit. Bongkaha- bongkahan batu granit tersebut adalah bongkahan batu yang besar yang bisa juga berupa batu padas (baca:tanah padas). Batuan padas yang membentuk ekosistem ini dapat terbentuk dari konglomerasi atau proses berkumpul dan menyetunya batu- batu kecil (kerikil) dengan tanah liat atau tanah kapur. Di ekosistem pantai batu ini, biasanya kita akan menemukan vegetasi dari tanaman- tanaman jenis Sargassum atau Eucheuma. Ekosistem pantai batu ini mudah untuk dikenali karena ekosistem ini mempunyai beberapa ciri. Ciri- ciri yang dimiliki oleh ekosistem pantai batu antara lain:
  • Tanah yang berpasir. Akibat ekosistem pantai batu ini memiliki tanah yang berpasir, maka menyebabkan tanah tersebut memiliki kandungan unsur hara yang minim (karena tanag memiliki pori- pori besar) dan mempunyai permeabilitas tanah yag sangat baik.
  • Memiliki air tanah yang dangkal. Ekosistem pantai batu ini memiliki air tanah (baca: ciri-ciri air tanah artesis) yang dangkal apabila dibandingkan dengan ekosistem pantai yang lainnya.
  • Mempunyai udara yang lembab dan kadar garam yang tinggi. Ekosistem pantai batu memiliki jenis udara yang lembab dan kandungan garam tinggi karena letaknya bersebelahan dengan ekositem laut.
  • Memiliki curah hujan yang rendah. Ekosistem pantai memiliki curah hujan yang rendah daripada ekosistem yang lainnya.
  • Dihuni oleh 170 jenis flora yang terbagi ke dalam 42 orda dn juga dalam 61 famili.
  • Ekosistem ini dapat dijumpai di wilayah pesisir berbukit yang mempunyai dinding- dinding batu.
Ekosistem Pantai Lumpur
    Jenis ekosistem pantai yang selanjutnya adalah ekosistem pantai lumpur. Jenis ekosistem ini terbentuk dari pertemuan endapan lumupur- lumpur sungai (baca: eksositem sungai). Beberapa informasi menarik mengenai ekosistem ini antara lain:
  • Ekosistem ini membentuk habitat dengan tumbuhan recemia, skeratia, dan juga rumput laut (enhalus acoroides).
  • Dihuni oleh berbagai macam jenis binatang yang memiliki nilai ekosomis tinggi apabila dijual.
  • Mempunyai muara. Muara yang ada di ekosistem pantai lumpur ini berada di muara yang biasa disebut denganmonsun estuaria.
  • Dihuni berbagai biota, seperti ikan gelodok.
  • Terdapat di pantai- pantai yang memiliki pulau- pulau yang besar. Hal ini karena pulau yang besar juga mempunyai sungi yang besar, maka dari itulah terciptalah ekosistem pantai lumpur ini.
  • Itulah jenis- jenis ekosistem pantai apabila diihat dari jenis pantainya. Apabila diperbandingkan antata kedua ekosistem tersebut, memanglah terdapat banyak perbedaan yang sangat mencolok.

    Manfaat Ekosistem Pantai

    Sama seperti dengan ekosistem lainnya, ekosistem pantai ini pun juga mempunyai manfaat atau fungsi. Beberapa manfaat atau fungsi yang dimiliki oleh ekosistem ini antara lain:
    1. Sebagai areal tambak garam
    Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya garam sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan sehari- hari. Indonesia yang memiliki pantai yang panjang ini sudah mempunyai bahan baku pembuat garam yang melimpah. Apabila dimaksimalkan, Indonesia bisa menjadi penghasil garam yang sangat besar. Hal ini tentu saja dapat menolong masyarakat di sekitar pantai untuk mndapat mata pencaharian.
    1. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang
    Kelapa dan pisang merupakan dua tanaman yang sangat cocok apabila ditanam di wilayah pantai. Hal ini sangat sangat bermanfaat untuk menciptakan perkebunan dua tanaman tersebut di sekitar pantai.
    1. Daerah pertanian pasang surut
    Daerah pasang surut pantai juga dapat digunakan sebagai ladang pertanian. Hasil pertanian inilah yang dijadikan masyarakat sekitar sebagai sumber mata pencaharian.
    1. Objek wisata
    Pantai juga sangat bermanfaat apabila dijadikan objek wisata mengingat pemandangannya yang indah dan menenangkan. Akhir- akhir ini memang banyak seklai pantai yang sudah dikembangkan sebagai objek wisata.
    1. Pengembangan kerajinan khas pantai
    Hasil- hasil yang diperoleh dari pantai juga dapat digunakan untuk membuat berbagai macam kerajinan. Kareniana- kerajianan tersebut mempunyai nilai jual tinggi dan hal ini bisa menambah penghasilan masyarakat lokal.
    Itulah beberapa manfaat yang akan diperoleh dari adanya ekosistem pantai. Selain yang disebutkan di atas, masih banyak manfaat lain yang dapat kita temukan di ekosistem pantai ini.
    Sumber : IlmuGeografi.com

Ekosistem Sungai

Ciri- ciri Ekosistem Sungai

Setiap jenis ekosistem di Bumi ini mempunyai ciri- ciri atau karakteristiknya masing- masing. Hal ini tidak berbeda dengan ekosistem sungai ini. Ekosistem sungai ini dikatakan sebagai ekosistem yang menarik. Ada 2 alasan mengapa ekosistem sungai ini menarik, yakni karena mempunyai aneka kehidupan biota yang beragam dan juga mempunyai perubahan fisik kimia yang bisa dipengarui oleh berbagai macam faktor.
Ekosistem sungai ini mempunyai suatu ciri khas. Ciri khas yang dimiliki oleh ekosistem sungai ini adalah adanya aliran air yang searah sehingga memungkinkan adanya perubahan fisik dan kimia di dalamnya yang berlangsung secara terus menerus. Selain ciri khas tersebut, kita juga dapat menemukan beragam ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem sungai ini. Beberapa ciri atau karakteristik utama yang dimiliki oleh ekosistem sungai antara lain:
  1. Adanya air yang terus mengalir dari arah hulu menuju ke arah hilir.
  2. Terdapat variasi kondisi fisik dan juga kimia dalam tingkat aliran air yang sangat tinggi.
  3. Adanya perubahan kondisi fisik dan juga kimia yang berlangsung secara terus menerus.
  4. Dihuni oleh berbagai macam tumbuhan dan juga binatang yang telah beradaptasi dalam kondisi aliran air.
Itulah beberapa ciri utama yang dimiliki oleh ekosistem sungai. Perlu kita ketahui bersama bahwasannya ciri atau karakteristik tersebut hanya dipuyai oleh ekosistem air ini dan tidak dimiliki oleh jenis ekosistem lainnya. Mengenai penjelasan lebih lanjut tentang beragam kondisi yang dimiliki oleh ekosistem sungai, akan dijelaskan berikut ini.
Aliran Air
Aliran air merupakan faktor utama yang dimiliki oleh ekosistem sungai dan merupakan pembeda dari ekosistem lainnya. Kecepatan aliran air antara satu sungai dengan sungai yang lainnya berbeda- beda. Hal ini karena kecepatan aliran air sungai dipengaruhi oleh berbagai hal. Berbagai hal yang mempengaruhi kecepatan aliran air sungai antara lain pencairan salju, air tanah (baca: ciri-ciri air tanah yang baik), dan juga hujan (baca: jenis- jenis hujan). Terdapat beberapa perubahan pada dasar sugai karena disebabkan oleh aliran sungai ini. Aliran sungai dapat mengubah bentuk dasar sungai melalui beberapa cara, yakni erosi (baca: akibat erosi sungai), sedimentasi (baca: batuan sedimen), serta berbagai perubahan habitat yang lainnya.
Cahaya
Cahaya yang terdapat di ekosistem sungai memegang peranan yang sangat penting. Cahaya ini berperan sebagai penyedia energi untuk melakukan proses fotosintesis oleh berbagai organisme autotrof yang berperan sebagai prosusen di ekosistem sungai tersebut.  Cahaya yang dimaksudkan tentu saja cahaya yang berasal dari matahari (baca: bagian- bagian matahari) atau sinar sinar matahari.  Cahaya matahari yang diterima oleh ekosistem sungai ini sangat dipengaruhi oleh berbagai macam variabel, diantaranya jumlah pepohonan yang menaungi sungai, lebat atau tidaknya pepohonan tersebut, dan juga tingkat kedalaman sungai itu sendiri (baca: sungai terpanjang di dunia).
Suhu
Suhu merupakan salah satu komponen abiotik yang dimiliki oleh suatu ekosistem. Demikian halnya di ekosistem sungai ini pastilah juga ada suhu. Suhu yang terdapat di ekosistem sungai ini sangat bervariasi. Hal ini karena keberadaan suhu ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu radiasi di permukaan, konduksi dari atau ke udara (baca: ciri- ciri udara yang bersih), substrat di sekitarnya, iklim (baca: iklim di Indonesia),  dan juga tingkat kemiringan sungai. Selain itu di ekosistem sungai ini juga ditemukan perbedaan suhu yang cukup mencolok antara bagian permukaan air sungai  dengan bagian bawah air sungai tersebut.
Substrat
Subtrat merupakan bagin permukaan tempat berbagai orgenisme hidup. Kondisi substrat dalam ekosistem ini umumnya tidak permanen. Substrat di ekosistem sungai ini dipengaruhi oleh 2 faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi substrat di ekosistem sungai ini adalah:
  • Faktor organik, misalnya sisa dedunan, kayu, lumut, dan juga berbagai macam tanaman.
  • Faktor anorganik, misalnya batu, bahan- bahan geologi, kerikil, pasir dan lumpur.
Bakteri
Dengan atau tanpa disadari oleh kita, bakteri mempunyai peranan besar dalam suatu ekosistem. Bakteri ini mempunyai peranan yang penting dalam proses daur ulang energi. Bakteri berperan menguraikan bahan- bahan organik menjadi senyawa organik yang dapat digunakan oleh tanaman serta organisme lainnya. Di dalam ekosistem sungai ini, bakteri hadir dalam jumlah yang banyak sehingga proses daur ulang energi dapat berlangsung dengan lancar.
Kimia Air
Ekosistem sungai tidak terlepas dari yang namanya kondisi kimia pada air. Pada ekosistem sungai ini, kondisi kimianya sangat bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bergantung pada input dari lingkungan atau daerah yang ada di sekitarnya, seperti hujan, dan juga penambahan bahan pencemar yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Meskipun demikian, kita tetap perlu mengetahui bahwasannya oksigen tetap menjadi konstituen kimia yang paling penting dari kehidupan berbagai organisme yang berada di ekosistem sungai tersebut.
Tanaman/ Flora
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya tumbuhan melakukan proses fotosintesis untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia yang dapat digunakan untuk bahan bakar aktivitas organisme. Beberapa tanaman atau flora dapat kita temui di ekosistem sungai ini. Tanaman- tanaman tersebut diantaranya:
  • Ganggang merupakan sumber yang paling signifikan sebagai makanan utama yang dimiliki oleh sebagain besar sungai. Ganggang ini biasanya mengambang bebas namun tidak bisa mempertahankan jumlah populasi yang besar dalam jangka waktu lama.
  • Selain ganggang, lumut juga merupakan tanaman yang sering kita jumpai di ekosistem sungai. Lumut ini akan mudah kita temui menempel di benda- benda padat, misalnya batu.
  • Tanaman tingkat tinggi. tanaman tingkat tinggi berfungsi melindungi binatang- binatng dari arus dan juga dari predator, serta sebagai penyedia sumber makanan bagi binatang- binatang tersebut. Ciri khas dari tanaman tingkat tinggi ini adalah menjalar di permukaan sungai. Contohnya adalah kangkung liar, dan enceng gondok.
Ikan
Ikan merupakan binatang yang banyak kita temui di ekosistem sungai. Kemampuan jenis ikan untuk dapat bertahan hidup bervariasi serta berhubungan erat habitat sungai yang ditempatinya. Kita akan dapat menemukan sebagian besar ikan yang tinggal di bagian dasar, di sisi sungai, dan juga di balik bebatuan di sungai. Hal ini bertujuan untuk menyiasati penggunaan energi yang tinggi karena ikan- ikan tersebut harus berenang melawan arus. Ikan- ikan ini biasanya hanya akan berenang ketika akan mencari makan dan ketika akan berpindah tempat.
Invertebrata
Binatang invertebrata atau tidak bertulang balakang merupakan binatang yang banyak kita temui di ekosistem sungai ini. Beberapa jenis binatang invertebrata yang kita temui di sungai adalah udang karang, siput, kerang, keong, remis, dan beberapa jenis serangga invertebrata. Dari jenis- jenis tersebut, komunitas yang paling dominan di ekosistem sungai adalah jenis serangga. Serangga ini mudah sekali kita temukan dan hampur di setiap habitat, seperti di permukaan air, di dasar air, dan di bawah batu. Binatang- binatang tersebut akan banyak kita jumpai di dasar sungai. Hal ini bertujuan untuk menghindari arus sungai yang tinggi. Selain di dasar, ada beberapa binatang yang mulai beradaptasi dengan cara hidup di sisi hilir dan terhalang oleh batu.
Burung
Selain binatang- binatang air, ekosistem sungai juga dihuni oleh beberapa binatang darat, seperti burung. Burung memang tidak tinggal di dalam air, namun burung ini tinggal di sekitar ekosistem sungai unyuk mmenuhi kebutuhannya (mencari makan). Makanan utama dari burung- burung ini adalah ikan- ikan kecil atau binatang invertebrata yang tinggal di lingkungan ekosistem sungai tersebut.

Komponen Ekosistem Sungai

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ekosistem adalah suatu interaksi yang melibatkan makhluk hidup dengan lingkungannya (baca: fungsi lingkungan hidup bagi manusia). Hal ini berarti ekosistem meliputi interaksi komponen biotik dan juga komponen abiotik. Komponen biotik dan abiotik ini merupakan komponen- komponen yang dimiliki oleh semua jenis ekosistem, termasuk ekosistem sungai ini. Komponen- komponen yang dimiliki oleh ekosistem sungai adalah sebagai berikut:
  • Komponen biotik. Komponen biotik merupakan komponen yang terdiri dari makhluk hidup, baik tumbuhan maupun binatang. Ekosistem sungai mempunyai banyak sekali komponen biotik, seperti tumbuhan (contoh: ganggang, angkung liar, enceng gondok, lumut, dan lain sebagainya), binatang (contoh: sipur, keong, remis, kerang, udang , ular, serangga, dan lain sebagainya), fitoplankton, zooplankton, serta organisme lainnya.
  • Komponen abiotik. berkebalikan dengan komponen biotik, komponen abiotik ini merupakan komponen ekosistem yang berbentuk benda- benda tak hidup. Namun, meski benda- benda tersebut tak hidup, keberadaan benda- benda tersebut tetap berpengaruh terhadap kelangsungan hidup komponen biotik yang ada di ekosistem tersebut. Beberapa komponen abiotik yang berada di ekosistem sungai antara lain: batu (baca: jenis-jenis batuan), suhu, cahaya matahari, kelembaban udara (baca: cara menjaga kelestarian udara), dan lain sebagainya.
Pembagian Zona Ekosistem Sungai
Tahukah Anda bahwa ternyata ekosistem sungai ini dibedakan atas beberapa zona? Ya, para ahli membagi ekosistem sungai dibagi ke dalam dua zona. Pembagian zona di ekosistem sungai adalah sebagai berikut:
  1. Zona air deras
Zona pertama yang ada di ekosistem sungai adalah zona air deras. Zona air deras merupakan wilayah sungai yang cenderung dangkal. Pada zona ini kita akan mendapati aliran arus air yang deras atau sangat tinggi. Biasanya zona ini berada di bagian hulu sungai (atau lebih tepatnya di pegunungan). Aliran sungai yang deras ini mengakibatkan bagian dasar sungai menjadi bersih dari berbagai macam endapan serta materi- materi yang mengendap lainnya.
Hal ini juga menyebabkan bagian dasar dari zona ini cenderung terasa padat. Di zona air deras ini kita akan menemukan bentos dan juga organisme ferifitik yang mempunyai kemampuan untuk melekat dan berpegang pada dasar yang bersifat keras atau padat, atau bisa juga pada ikan yang bisa berenang dengan kuat.
  1. Zona aliran tenang
Zona kedua yang terdapat dalam ekosistem sungai adalah zona aliran tenang. Berbeda dengan zona yang pertama, zona ini merupakan zona yang sedikit lebih dalam dan arus sungai tidak terlalu deras seperti zona yang pertama. Zona ini biasanya berada di wilayah yang landai. Di zona ini kita juga akan menemukan lumpur dan juga bahan endapan lainnya yang mengendap di dasar sungai. Karena banyaknya bahan endapan yang mengendap ini maka menjadikan dasar sungai terasa lunak dan tidak sesuai lagi dengan bentos. Zona aliran tenang ini lebih sesuai bagi nekton dan plankton yang mempunyai kebiasaan menggali dasar sungai.
Itulah dua zona yang terdapat pada ekosistem sungai. Apabila kita perhatikan, maka dua zona tersebut mempunyai karakteristik yang bertolak belakang.

Manfaat Ekosistem Sungai

Semua jenis ekosistem mepunyai fungsinya masing- masing, demikian pula dengan ekosistem sungai ini. Ekosistem sungai mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting bagi kita semua. Beberapa manfaat sungai yang akan kita peroleh dari ekosistem sungai adalah sebagai berikut:
  1. Sumber air tawar. Sungai menyediakan banyak sekali air tawar yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Manusia memerlukan air tawar dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi segala macam kebutuhan, seperti minum, memasak, mencuci, hingga kebutuhan untuk industri. Tidak hanya manusia saja, binatang dan tumbuhan juga sangat memerlukan air agar mereka bisa bertahan hidup.
  2. Ekosistem air tawar (termasuk juga ekosistem sungai) ini berperan sebagai bottle neck dalam siklus hidrologi yang ada di Bumi.
  3. Ekosistem sungai yang bersamaan dengan ekosistem estuary merupakan tempat yang mudah dan murah untuk membuang limbah yang bersifat tertier.
  4. Sebagai tempat hidup bagi banyak mahkluk hidup yang ada di Bumi, khususnya binatang- binatang air dan juga tumbuhan yang hidup di air.
  5. Bisa digunakan sebagai tempat budidaya tanaman tertentu, sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomis bagi warga masyarakat yang berada di sekitar sungai tersebut.
  6. Sebagai tempat rekreasi bagi anak- anak dan juga bagi keluarga.
Itulah beberapa manfaat dari ekosistem sungai yang dapat kita rasakan. Selain manfaat- manfaat yang telah disebutkan di atas, pastilah ada manfaat lainnya yang dapat kita rasakan, baik secara sadar maupun secara tidak sadar.
Sumber :IlmuGeografi.com

Ekosistem Gurun

Ciri- ciri Ekosistem Gurun

Ekosistem di Bumi ini ada banyak sekali, seperti yang telah kita ketahui bersebelumnya. Masing- masing ekosistem ini diberi nama berdasarkan nama tempat atau habitatnya. Hal ini juga terjadi pada ekosistem gurun atau padang pasir ini (baca: gurun terbesar di dunia). Oleh karena di sesuaikan dengan nama lingkungan atau habitatnya, maka masing- masing ekosistem ini mempunyai ciri khusus. Ekosistem padang pasir atau gurun ini juga mempunyai ciri khusus, beberapa ciri yang dimiliki oleh ekosistem gurun ini antara lain adalah:
1. Merupakan bagian dari ekosistem darat atau tersetial
Ekosistem gurun atau padang pasir ini merupakan jenis ekosistem daratan atau terestial. Hal ini sudah pasti karena memang lingkungannya yang tidak terdapat di wilayah perairan, malah justru sebaliknya. Sebagi salah satu jenis ekosistem tersetial atau daratan, dibandingkan dengan eksositem daratan yang lainnya, ekosistem gurun ini merupakan ekosistem yang paling luas.
Bahkan luas dari ekosistem gurun ini memenuhi hingga 1/3 dari total luas daratan yang ada di dunia ini. Lokasi gurun terluas di dunia berada di letak astonomis (baca: letak astronomis Indonesia) sekitar 20ᵒ garis lintang utara, dari mulai pantai Atlantik di Afrika hingga ke Asia Tengah. Selain itu kita juga dapat menemui beberapa gurun yang terkenal di dunia, yakni gurun Gobi di Asia, gurun Sahara di Afrika, dan gurun Simpson di Australia.
2. Memiliki curah hujan yang sangat sedikit, yakni dibawah 25 cm per tahun
Salah satu ciri khas yang paling kuat yang dimiliki oleh ekosistem gurun adalah rendahnya tingkat curah hujan yang berada di daerah tersebut. Bahkan ekosistem gurun ini sangat sedikit memiliki tingkat curah hujan. Curah hujan yang ada di wilayah gurun kurang dari 25 cm per tahunnya. Selain sangat sedikit, hujan yang turun di daerah ini juga mempunyai pola sebaran yang tidak teratur, sehingga ada bagian gurun yang tidak menerima hujan sama sekali.
3. Laju penguapan atau evaporasi sangat tinggi
Berbeda dengan tingkat curah hujan yang dimiliki, tingkat penguapan atau evaporasi di daerah gurun ini justru sangatlah besar. Bahkan tingkat penguapan di daerah gurun ini lebih besar daripada curah hujannya. Hal ini tentu saja yang menyebabkan wilayah gurun ini sangatlah gersang dan sulit sekali dijadikan tempat tinggal beberapamakhluk hidup.
4. Mempunyai perubahan suhu yang sangat ekstrim
Salah satu ciri dari ekosistem gurun adalah adanya perubahan suhu yang sangat ekstrim. Perubahan ekstrim ini terletak antara sinag dan juga malam. Suhu gurun ini sangatlah panas di siang hari, sementara di malam hari suhu di gurun ini bisa sangat dingin. Perbedaan suhu diantara keduanya bisa sangat banyak. Hal ini salah satunya disebabkan karena di padang pasir atau gurun tidak ada pepohonan sama sekali hingga membuat udara dan sinar matahari menerpa secara langsung.
5. Tanahnya berupa pasir yang sangat kering
Ekosistem gurun juga mempunyai ciri yang sangat khas, yakni mempunyai tanah yang berupa pasir. Maka dari itulah ekosistem gurun ini juga dikenal dengan ekosistem padang pasir. Tanah pasir yang berada di ekosistem gurun ini memiliki sifat yang sangat kering. Hal ini juga disebabakan karena curah hujan yang sangat sedikit dan persebarannya tidak merata tersebut.
Selain kering, tanah di ekosistem gurun ini juga rendah akan nutrisi organik sehingga tidak subur sama sekali. Saking tidak suburnya, hanya beberapa jenis tumbuhan saja yang bisa hidup di wilayah padang pasir seperti kaktus dan juga pohon kurma. Begitu pula degan binatang, hanya sedikit yang bisa bertahan di wilayah gurun ini, seperti unta, ular, dan beberapa jenis serangga.
6. Didominasi oleh pasir dan juga bebatuan
Seperti namanya, yaitu padang pasir, ekosistem gurun atau padang pasir ini merupakan ekosistem yang kenampakannya juga didominasi oleh pasir dan juga bebatuan. Apabila kita derada di ekosistem ini, maka kita akan banyak menemukan pasir dan batu daripada tanah. Bahkan seluruh tahan akan digantikan oleh pasir lembut yang jumlahnya sangat banyak.
7. Memiliki air tanah yang terasa asin
Meskipun tergolong wilayah yang mempunyai curah hujan sangat sedikit, ekosistem gurun ini tertap mempunyai cadangan air tanah. Namun carandan air tanah yang dimiliki wilayah gurun ini tergolong unik karena memiliki rasa yang asin. Air di tanah di gurun ini mempunyai rasa yang asin disebabka karena mineral garam yang terkandung di dalamnya tidak mengalami pencucian terlebih dahulu oleh drainase maupun air hujan.
8. Hanya bisa dihuni oleh hewan dan tumbuhan yang bereproduksi cepat ketika udara lembab
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa tidak mudah bertahan hidup di ekosistem gurun ini. Selain tanahnya yang sangat kering, tidak subur dan juga keberadaan hujan sangatlah sedikit. Hal ini akan menyebabkan hanya beberapa jenis tumbuhan dan juga hewan yang dapat bertahan hidup di daerah ini. Tumbuhan dan juga hewan yang dapat bertahan hidup di daerah gurun ini adalah mereka yang mengalami reproduksi dengan cepat selama periode lembab.

Proses Terbentuknya Gurun

Padang pasir merupakan kenampakan alam yang bersifat alamiah di Bumi ini. Padang pasir atau gurun ini merupakan kenampakan  salah satu dari wujud daratan yang ada di muka Bumi. Namun ternyata ekosistem padang pasir ini tidaklah terjadi secara serta merta begitu saja. Terjadinya ekosistem padang pasir atau gurun ini karena didukung oleh 2 hal. 2 faktor yang mendukung proses terbentuknya ekosistem gurun atau padang pasir ini adalah:
  • Bayangan hujan yang berasal dari pegunungan yang tinggi
  • Pola sirkulasi besar yang berasal dari angin global
Bayangan hujan dari pegunungan yang tinggi maksudnya adalah awan yang terbentuk dari proses daur ulang air tidak bisa mencapai daerah gurun karena akan dilahalagi oleh gunung yang menjulang tinggi tersebut. Hal ini akan menyebabkan awan mencair sebelum mencapai di daerah ekosistem gurun. Sementara itu, pola angin global akan menyebabkan angin yang sampai di ekosistem gurun ini adalah angin yang bersifat kering dan tidak membawa molekul air sama sekali.

Komponen Ekosistem Gurun

Setiap ekosistem mempunyai komponen masing- masing. Komponen- komponen tersebut terdiri dari komponen biotik dan juga abiotik. Sama seperti dengan jenis ekosistem lainnya, ekosistem gurun atau padang pasir ini juga mempunyai komponennya sendiri yang menyusun ekosistem gurun tersebut.
Komponen yang ada di ekosistem gurun ini juga meliputi komponen biotik dan juga abiotik. Komponen abiotik adalah komponen yang tidak hidup atau berupa benda mati, sementara komponen biotik merupakan komponen yang berupa makhluk hidup. Berbagai komponen yang berada di ekosistem gurun atau padang pasir ini antara lain:
  • Komponen biotik – Komponen biotik atau komponen hidup yang dimiliki oleh ekosistem gurun atau padang pasir ini jumlahnya banyak dan ada beberapa jenis. Komponen biotik yang ada di ekosistem gurun atau padang pasir antara lain tanaman dan juga binatang yang hidup di wilayah ekosistem gurun atau padang pasir tersebut. Tumbuhan yang hidup di padang pasir ini adalah jenis tumbuhan yang mampu bertahan hidup dengan pasokan air yang sangat sedikit. Demikian pula binatang yang bisa hidup di daerah ini juga jenis binatang yang mampu bertahan hidup di daerah kering.
  • Komponen abiotik – Selain komponen yang hidup, ekosistem gurun atau padang pasir juga memiliki komponen yang tidak hidup. Komponen yang tidak hidup ini disebut sebagai komponen abiotik. Komponen abiotik ini adalah komponen fisik dan juga komponen kimia yang dijadikan media maupun substrat yang dijadikan sebagai tempat hidup makhluk hidup. Beberapa komponen abiotik yang dimiliki oleh ekosistem gurun atau padang pasir ini antara lain adalah suhu, air, cahaya matahari, angin, batu, pasir, dan tingkat keasaman atau pH. Sumber : IlmuGeografi.com